Speech Delay - i've passed this challenge
After a while... I decided to write again the development of our child, Leonie. Posts tentang speech delay di komen beberapa kali oleh para bunda yang senasib galaunya dengan saya setahun yang lalu.
See posts terapi wicara untuk anak speech delay and terapi wicara vs day care.
Agustus 2015, Leonie tepat berusia 4 tahun. Sesuai dengan umurnya, kami memutuskan untuk memasukkan Onie ke TK. Untuk itu, kami kembali menetap di rumah ortu karena sekolah yang kami pilih yang dekat dengan rmh ortu. Onie sekolah bareng dengan sepupu yang seumur dengannya.
TK yg kami pilih adalah TK kekinian yang bahasa pengantarnya bilingual- bahasa dan English dan katanya sudah meng-adopt kurikulum ala2 Cambridge.
How was Onie? Well, dengan kesulitannya mengungkapkan kata2.. sangat sulit untuk Onie berinteraksi dengan sekelilingnya. Onie masuk dengan kata2 yang sangat terbatas, tidak bisa mengungkapkan keinginannya, masih suka semaunya, ignorance dengan sekitar, masih pakai diapers, belum bisa minta ke toilet. Dan saya sangat khawatir apakah dia bisa survive di TK-nya.
My savior selain Tuhan pastinya, adalah her teacher yang.. adalah teman waktu SMP. Saya ceritakan bagaimana kondisi Onie saat ini, dan dia dengan santainya bilang semua pasti berubah. Tenang aja, jangan khawatir. Dan dia mengusulkan agar Onie tetap di terapi - dan ini ternyata syarat juga yang diajukan oleh pihak Sekolah. Mereka menyarankan agar perkembangan Onie distimulus tidak hanya di sekolah tetapi juga di terapi. Ms D ini juga lah yang akhirnya bisa saya "titipi" untuk membantu development behavior dan bahasanya.
So, kembali lah saya mencari tempat untuk Onie terapi wicara. Pencarian berakhir di Klinik Smart Kid di Kebayoran (Rukan Sentra Arteri Mas) - ada banyak klinik dgn nama Smart Kid.
Onie terapi dua kali seminggu selama 6 bln (Sept 2015 - Feb 2016) sambil tetap sekolah seperti biasa. Selama 6 bulan kami mengorbankan sabtu pagi demi mengantar Onie terapi dan Opung dan mbaknya mengantar terapi di Selasa siang (setelah plg sekolah). Jangan tanya lagi berapa rupiah yang keluar. (Hehehe... 2 session 2x seminggu) Dan saya puas dengan perkembangan Onie. Pelan-pelan onie mulai mau mendengar, menyimak, dan melihat sekelilingnya. Dia jg mulai mau berbicara, mengungkapkan kemauannya.
Menginjak semester 2 di TK-nya, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan terapinya, karena perkembangannya semakin membaik. mixed language-nya selama ini semakin bisa dia handle. Tidak menghilangkan preferensinya untuk berbicara dengan English, tapi mengembangkan kemampuannya untuk berbicara dengan bahasa Indonesia.
Secara akademik? Gak ada masalah. Her teacher malah bilang dia termasuk student yang cepat nangkap pelajaran (dibanding teman2 lainnya). She event once nominated to compete with other class in her kindergarten.
Kemampuan bicara onie membaik, tepat di usia 4,5thn. :) Sudah tidak pakai diapers, dipanggil menoleh, diberi instruksi bisa menanggapi, belajarnya rajin, bisa bercerita (walaupun masih patah2 dan mixed language), tidak trantum dimana2, hanya masih ada beberapa behavior yang saya yakin pelan-pelan akan bisa berubah.
Lesson learned? Dibutuhkan kesabaran seluas samudra dalam menghadapi anak-anak yang berbeda. Don't give up kuncinya dan jalani dengan tenang dan tetap kuat.
Hal lain, adiknya Evan yang kini 1,5thn... sudah cerewet dengan sangat banyak kata-kata yang dia terus ucapkan. dimulai dari papa, mama, mbak, ompu, susu, kuda, mobil, bobo, sampai sekarang bisa menolak (makanan) dan memilih (gak mau dipakaikan kemeja, maunya kaos oblong). Bisa marah kalau ada ketidak adilan (misal: kakak-nya dimarahi ompung atau sebaliknya).
As a parent with two children, yang satunya masih toddler pula... i still have so many things to learn. Selalu mengingatkan ke diri sendiri kalau this is still not end. Akan ada struggle jenis lainnya di masa depan nanti. Semoga pelajaran hidup menjalani masa-masa Onie speech delay bisa jadi bekal menghadapi tantangan lainnya mendidik anak-anak ini... Tuhan mampukan saya.. Amin..
See posts terapi wicara untuk anak speech delay and terapi wicara vs day care.
Agustus 2015, Leonie tepat berusia 4 tahun. Sesuai dengan umurnya, kami memutuskan untuk memasukkan Onie ke TK. Untuk itu, kami kembali menetap di rumah ortu karena sekolah yang kami pilih yang dekat dengan rmh ortu. Onie sekolah bareng dengan sepupu yang seumur dengannya.
TK yg kami pilih adalah TK kekinian yang bahasa pengantarnya bilingual- bahasa dan English dan katanya sudah meng-adopt kurikulum ala2 Cambridge.
How was Onie? Well, dengan kesulitannya mengungkapkan kata2.. sangat sulit untuk Onie berinteraksi dengan sekelilingnya. Onie masuk dengan kata2 yang sangat terbatas, tidak bisa mengungkapkan keinginannya, masih suka semaunya, ignorance dengan sekitar, masih pakai diapers, belum bisa minta ke toilet. Dan saya sangat khawatir apakah dia bisa survive di TK-nya.
My savior selain Tuhan pastinya, adalah her teacher yang.. adalah teman waktu SMP. Saya ceritakan bagaimana kondisi Onie saat ini, dan dia dengan santainya bilang semua pasti berubah. Tenang aja, jangan khawatir. Dan dia mengusulkan agar Onie tetap di terapi - dan ini ternyata syarat juga yang diajukan oleh pihak Sekolah. Mereka menyarankan agar perkembangan Onie distimulus tidak hanya di sekolah tetapi juga di terapi. Ms D ini juga lah yang akhirnya bisa saya "titipi" untuk membantu development behavior dan bahasanya.
So, kembali lah saya mencari tempat untuk Onie terapi wicara. Pencarian berakhir di Klinik Smart Kid di Kebayoran (Rukan Sentra Arteri Mas) - ada banyak klinik dgn nama Smart Kid.
Onie terapi dua kali seminggu selama 6 bln (Sept 2015 - Feb 2016) sambil tetap sekolah seperti biasa. Selama 6 bulan kami mengorbankan sabtu pagi demi mengantar Onie terapi dan Opung dan mbaknya mengantar terapi di Selasa siang (setelah plg sekolah). Jangan tanya lagi berapa rupiah yang keluar. (Hehehe... 2 session 2x seminggu) Dan saya puas dengan perkembangan Onie. Pelan-pelan onie mulai mau mendengar, menyimak, dan melihat sekelilingnya. Dia jg mulai mau berbicara, mengungkapkan kemauannya.
Menginjak semester 2 di TK-nya, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan terapinya, karena perkembangannya semakin membaik. mixed language-nya selama ini semakin bisa dia handle. Tidak menghilangkan preferensinya untuk berbicara dengan English, tapi mengembangkan kemampuannya untuk berbicara dengan bahasa Indonesia.
Secara akademik? Gak ada masalah. Her teacher malah bilang dia termasuk student yang cepat nangkap pelajaran (dibanding teman2 lainnya). She event once nominated to compete with other class in her kindergarten.
Kemampuan bicara onie membaik, tepat di usia 4,5thn. :) Sudah tidak pakai diapers, dipanggil menoleh, diberi instruksi bisa menanggapi, belajarnya rajin, bisa bercerita (walaupun masih patah2 dan mixed language), tidak trantum dimana2, hanya masih ada beberapa behavior yang saya yakin pelan-pelan akan bisa berubah.
Lesson learned? Dibutuhkan kesabaran seluas samudra dalam menghadapi anak-anak yang berbeda. Don't give up kuncinya dan jalani dengan tenang dan tetap kuat.
Hal lain, adiknya Evan yang kini 1,5thn... sudah cerewet dengan sangat banyak kata-kata yang dia terus ucapkan. dimulai dari papa, mama, mbak, ompu, susu, kuda, mobil, bobo, sampai sekarang bisa menolak (makanan) dan memilih (gak mau dipakaikan kemeja, maunya kaos oblong). Bisa marah kalau ada ketidak adilan (misal: kakak-nya dimarahi ompung atau sebaliknya).
As a parent with two children, yang satunya masih toddler pula... i still have so many things to learn. Selalu mengingatkan ke diri sendiri kalau this is still not end. Akan ada struggle jenis lainnya di masa depan nanti. Semoga pelajaran hidup menjalani masa-masa Onie speech delay bisa jadi bekal menghadapi tantangan lainnya mendidik anak-anak ini... Tuhan mampukan saya.. Amin..
Comments