*Leadership in Venus: "I Did It My Way"

* Oleh: Hermawan Kartajaya

Saya sudah berkeliling dunia untuk menghadiri berbagai leadership forum dan bertemu dengan berbagai pemimpin kelas dunia. Tapi, bagi saya, opening speech Mahathir Mohamad pada acara Asia Inc Forum on Leadership for Southeast Asia di Putrajaya, Malaysia tanggal 9-10 Juni 2003 lalu memang benar-benar mengesankan.

Secara singkat, pemimpin Malaysia ini dalam kata-kata bijaknya mengatakan,"If you do things that are expected of you, then that's not a decision at all. You're not a leader, you are just follower …..As I have said, we[leaders] do not just follow. We think about doing things our own way. You know the song My Way ? People like to sing that
song when I'm present because they say that I like to do things my way."

Luar biasa! Inilah gaya kepemimpinan Mahatir. Mari kita lihat kebelakangsejenak beberapa langkah yang telah diambilnya sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Mahatir berhasil menciptakan sebuah kelas menengah Melayu melalui affirmative action policies di bidang ketenagakerjaan dan pendidikan tinggi. Berbagai proyek juga dikerjakan untuk membangkitkan kebanggaan Melayu yang selama ini dianggap sebagai ras kelas dua; antara lain dengan membangun Menara Kembar Petronas, yang merupakan gedung tertinggi di dunia, dan juga mengembangkan "Multimedia Super Corridor" untuk menyaingi Silicon Valley di California. Walaupun menerapkan kebijakan diskriminasi positif ini, tidak ada gejolak yang berarti di negaranya. Ia berhasil mempertahankan keseimbangan dan keserasian di antara tiga ras utama
di Malaysia, yaitu Melayu, Cina, dan India.
Di lain pihak, Mahatir juga kontroversial. Ia kerap mengkritik secara keras dan terbuka mengenai standar ganda yang diterapkan pihak Barat, padahal pihak Barat ini jugalah yang banyak berinvesati di Malaysia. Di dalam negeri, ia juga tidak segan-segan bertindak tegas terhadap berbagai pihak yang dianggap tidak sejalan dengan dirinya.

Mahatir juga dengan berani mengubah sistem yang sudah berlaku selama puluhan tahun. Misalnya, ia mengeluarkan kebijakan yang mengurangi kekuasaan (curbed the powers of) sultan-sultan, sehingga mereka
tidak lagi kebal hukum dan mendapatkan berbagai kemudahan dalam berbisnis seperti yang sudah dinikmati selama puluhan tahun.

Saat krisis Asia di tahun 1998, pemimpin Mahatir yang berusia 77 tahun ini dengan berani mengambil langkah yang bertentangan dengan kebijakan konvensional (conventional wisdom) saat itu. Ia tidak meminta bantuan IMF seperti lazimnya negara-negara Asia lain yang terkena krisis. Ia pun men-suspend perdagangan ringgit Malaysia dengan menerapkan kebijakan capital control. Walaupn langkah ini ditentang IMF dan dikritik banyak pihak, nyatanya ekonomi Malaysia bisa pulih lebih cepat daripada negara-negara tetangganya yang justru meminta bantuan IMF.

Saya lihat, walaupun ia seorang intelektual, berbagai langkahnya ini terkadang justru tidak dapat diterima
secara logis. Jika berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional semata, para pemimpin lain mungkin tidak akan mengambil langkah menentang system yang ada. Namun, di samping berbagai pertimbangan rasional, Mahatir juga memiliki keyakinan emosional dan spiritual bahwa yang dilakukannya adalah yang terbaik bagi rakyatnya. Keyakinan inilah yang akhirnya melahirkan berbagai langkah yang kerap dipandang controversial.

Semua hal tersebut menunjukkan bahwa Mahatir berani challenged the process dan mengambil resiko mengambil
keputusan yang sulit dan tidak popular. Inilah karakteristik utama seorang leader seperti yang diutarakan James M. Kouzes and Barry Z. Posner dalam bukunya yang popular, The Leadership Challenge, yang dipakai sebagai text book leadership di IBM.

Pemimpin adalah orang yang akatif, memilih bertindak daripada berdiam diri menunggu inisiatif orang lain.
Pemimpin adalah mereka yang berani melakukan tindakan-tindakan yang belum pernah dilakukan
sebelumnya. Mereka melakukan inovasi dan eksperimen untuk menemukan cara-cara baru dan lebih baik
dalam melakukan suatu hal. Pendeknya, mereka adalah orang-orang yang berani melakukan dan menghadapi
perubahan.

Pemimpin juga berusaha agar para pengikutnya siap untuk berubah. Pendekatan yang dilakukan pun bukan
hanya pendekatan rasional, namun juga emosional. Seperti yang dikatakan John P. Kotter dan Dan S. Cohen
dalam bukunya The Heart of Change, analisis rasional diberikan oleh pemimpin agar para pengikutnya berpikir
tentang perubahan yang terjadi, dan akhirnya mampu menyesuaikan diri dengan perubahan itu (analysis think
chage). Namun yang lebih penting, pemimpin juga harus membantu pengikutnya untuk melihat perubahan yang ada, merasakan pentingnya perubahan itu, dan akhirnya secara emosional mau menyesuaikan diri dengan
perubahan yang ada (see feel change).

Dengan bekal emosional dan spiritual competence itu, Mahatir sukses memimpin dan memasarkan Malaysia.
Selama 22 tahun masa kekuasaannya, ia berhasil membawa Malaysia dari sekedar negara pengekspor karet
dan timah menjadi salah satu negara industri modern yang memproduksi peralatan elektronik, besi baja, dan
mobil. Brand "Malaysia" pun dihormati berbagai kalangan dan mampu memikat customers di berbagai
penjuru dunia.

Maka untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses di lanskap bisnis baru yang semakin emosional ini, atau
istilah saya "Venus landscape", intellectual competence saja tidaklah cukup. Ia terutama harus memiliki emotional competence dan spiritual competence agar mampu menjadi great leader di dunia Venus ini.

==========================
Sumber: Leadership in Venus: "I Did It My Way" oleh Hermawan Kartajaya (no need to explain who's he)

Comments

bagus banget kamu ngepost hermawan kerta jaya,aku suka jug koq ama suggest2 yang dia berikan...so bravo for u.
Kamu bgus banget ngepost hermawan kertajaya,sebab aku juga suka sama suggest2 yang dia papaekan....so bravo for u.
Nes, tulisanmu oke banget ttg marketing khasnya HK. Kamu boleh kunjungi blogku di http://lulukpr.blogpsot.com terusin ke artikel http://lulukwidyawanpr.blogpsot.com. Satu pertanyaan, gimana ya caranya nampilkan picture di blogger profile

Popular posts from this blog

Terapi Wicara untuk Anak Speech Delay..., perlu kah?

Doa berkat dari tulang (pasu-pasu ni tulang) - a batak tradition

Terapi Wicara vs Day Care / Preschool