straight talk


Kita terbiasa hanya mau mendengar hal-hal yang manis di dengar dan menyenangkan hati daripada mendengar realita.

Kita tidak terbiasa mendapati orang lain berbicara terus terang, apa adanya kepada kita. 
Kita lebih memilih mendengar mereka membungkus ucapan mereka dengan kalimat pembungkus yang indah, yang tidak bercerita apa adanya
Kita lebih memilih orang-orang itu bersikap munafik 

Saya terbiasa dengan hal ini
Saya bahkan menjadi pelakunya
Saya hanya menceritakan yang baik-baik ke orang-orang itu
Untuk berbicara apa adanya, harus melihat situasi dan kondisi. Itu pun harus menggunakan kata-kata pengganti, kalimat yang halus dan diupayakan tidak menyinggung
bahkan berbicara pun harus pakai strategi

Ada saatnya merindukan saat dimana bisa bicara apa adanya
ketika saya tidak suka, saya bisa bilang langsung
ketika saya tidak setuju, saya bisa mendebatnya langsung
ketika mereka saya kritik, saya tenang karena mereka terbiasa dengan kritik tersebut

Jenuh sih iya
Lelah sih iya
Tapi harus bagaimana lagi? 
Harus seperti ini kalau ingin diterima
Harus seperti ini baru akan diterima.


It's reality anyway. :) 


Comments

Popular posts from this blog

Terapi Wicara untuk Anak Speech Delay..., perlu kah?

Doa berkat dari tulang (pasu-pasu ni tulang) - a batak tradition

Terapi Wicara vs Day Care / Preschool