Empat Tahun Dijual Ibunya kepada "Om-om"


Damn... gw ga tau mesti kasih stempel apa ke seorang IBU yang seperti ini... Jahat! Keterlaluan.. .

Kompas, 23 Februari 2006 Hal. 1 wrote ..

Entah hari-hari macam apa yang akan dilalui Lara (18), sebut saja begitu. Sejak kelas II SMP atau usia 14 tahun, ia ”dijual” oleh ibu kandungnya kepada laki-laki hidung belang.

Wanita setengah baya itu duduk di halte bus Pasar Jumat di depan Gedung Sekolah Lanjut Perwira Kepolisian Negara RI, Jakarta Selatan, Rabu (22/2). Dari pakaian yang dikenakannya, sepintas ia seperti wanita baik-baik.

Mengenakan pakaian warna kuning lengan panjang, wanita itu terlihat gelisah seperti menanti seseorang. ”Maaf, jam berapa, Mas?” tanyanya singkat. ”Jam 13.40,” jawab Kompas yang sedang berada di halte tersebut.

Lima menit berlalu. Wanita itu melepas kacamata bening berbingkai kuning dan memasukkannya ke dalam tas hitam yang sejak awal ia dekap erat. Kegelisahannya makin terlihat jelas ketika berkali-kali dia menebar pandangan, seakan tak sabar menunggu kedatangan seseorang.

Tidak lama berselang, gadis manis berkaus ungu, berambut model segi acak, dan bercelana jins mendekati wanita itu dengan gugup. ”Sudah lama Mi (Umi)?” tanya Lara.

”Kok lama banget sih,” sergah si ibu. Dibentak seperti itu, Lara tertunduk, tak berani menatap mata ibunya. Namun, sangat terlihat bahwa gadis itu juga menyimpan rasa kesal, takut, marah, benci, dan entah apa lagi.

”Ayo!” ajak sang ibu. Sesaat kemudian, mereka bergegas naik bus Koantas Bima 102 jurusan Ciputat-Tanah Abang.

Di halte yang ramai itu, tidak ada orang yang tahu bahwa kehadiran Lara ke sana kemarin tidak lain dalam rangka menjebak ibu kandungnya sendiri yang selama empat tahun ini menjual tubuhnya kepada om-om, yang menurut Lara, tak terhitung lagi jumlahnya. Si ibu juga tak sadar bahwa Lara datang sebagai ”umpan” dan dalam kawalan ketat polisi.

”Kami ingin kekejaman ini berakhir. Dia harus mendapatkan hukuman di dunia,” kata Dahlia (30), adik kandung Umi alias tante Lara.

Diberi obat tidur dan pil KB

Penangkapan terhadap Umi itu mungkin bisa melepaskan Lara dari kegetiran hidupnya. Gadis itu sudah lelah dijadikan komoditas dan mesin uang bagi ibunya. Lara lalu menceritakan semua derita hidupnya kepada saudara sepupunya, Dian, sehingga terjadilah drama penangkapan yang ia mainkan dengan bantuan polisi.

Kegetiran hidup Lara dimulai ketika ia duduk di kelas II SMP di Ciputat. Ibunya sering mengeluh dikejar-kejar rentenir. Sebagai anak bungsu yang tinggal bersama ibu dan ayah tirinya, Lara kerap menjadi sasaran kemarahan.

Umi dalam usia 40 tahun sudah menikah lima kali. Saat ini ia hidup bersama dengan suami kelima dan tentu saja bersama Lara.

”Saya tak pernah membayangkan kondisinya setragis itu,” tutur Dian tentang nasib sepupunya.

Mengutip cerita Lara, Dian menyatakan, Lara pertama kali dijual ibunya kepada lelaki hidung belang ketika masih berusia 14 tahun. Tanpa tahu akan dibawa ke mana, suatu hari Lara diajak bertemu seorang ”ibu”, yang tak lain adalah germo. Lara sendiri menyebut wanita itu temannya Umi.

Oleh si ibu yang baru dikenalnya itu, Lara dipaksa mengenakan rok mini, dipadu dengan baju kaus milik Lara sendiri.

Entah apa yang dibicarakan antara ibunya dan temannya itu. Yang pasti, setelah didandani seksi, Lara diajak ke suatu tempat, yang belakangan diketahui sebagai hotel. Lara tidak ingat di mana tempatnya. Yang dia tahu, saat itu dia diajak ke hotel tersebut oleh ibunya dan langsung menuju suatu kamar.

”Sana, masuk!” perintah Umi seperti diceritakan Dian.

Lara hanya bisa menurut. Di dalam kamar sudah menunggu lelaki setengah baya yang tak mengenakan baju. Pintu kamar ditutup. Ketika Lara menanyakan kepada lelaki itu apa yang diinginkan, lelaki itu menjawab, ”Saya sudah membayar kepada ibumu!”

Saat itu Lara sadar, ia telah dijual. Ia tak bisa berbuat apa- apa karena sang ibu memaksanya minum obat dalam bentuk pil. Lara pun tertidur. Ketika sadar dan terbangun, ia kaget mendapati kondisi tubuhnya.

”Kejadian itu terus berulang. Ketika saya tanya berapa kali dijual dalam sebulan, tiga atau empat kali, Lara bilang, ’Setiap hari’. Bahkan, sehari kadang lebih dari satu kali,” kata Dian dengan terisak.

Selama di SMP, Lara harus menjalankan tugasnya itu sepulang dari sekolah.

Ketika Lara masuk kelas I SMEA swasta di Jakarta Selatan, ”kegiatan” itu sempat berhenti beberapa bulan, tetapi kemudian dimulai lagi beberapa waktu terakhir.

Mengadu

Empat tahun dipaksa menjalani kehidupan sebagai ”wanita nakal”, Lara tak tahan. Namun, ia tidak tahu bagaimana memutus mata rantai kekejaman terhadap dirinya itu.

”Ibunya berkali-kali mengancam akan membunuhnya kalau dia mengadu,” kata Dahlia mengutip cerita Lara.

Hari Minggu lalu Lara mendatangi rumah Dahlia di Pamulang dan mengadukan semua perbuatan ibu kandungnya itu. Pertemuan keluarga dilakukan. Selasa lalu keluarga besar sepakat mengadukan Umi ke polisi.

Atas laporan itu, polisi bergerak. Strategi disusun dan Umi tertangkap....

Comments

eisenheim said…
Astaghfirullah...tega-teganya seorang ibu berbuat seperti itu.

Masih bisa bersyukur deh kalo saya masih memiliki keluarga yang baik && memeperhatikan saya.

Popular posts from this blog

Terapi Wicara untuk Anak Speech Delay..., perlu kah?

Doa berkat dari tulang (pasu-pasu ni tulang) - a batak tradition

Speech Delay - i've passed this challenge